Hari Minggu Bukan Untuk Produktif, Tapi Buat Pulih

Ada satu kesalahpahaman besar yang mulai tertanam dalam hidup yaitu bahwa setiap hari harus produktif. Termasuk hari Minggu. Kita sering merasa bersalah jika menghabiskan minggu dengan rebahan, scrolling media sosial, atau hanya duduk bengong menikmati teh. Padahal, hari Minggu bukan untuk mengejar to do list tetapi membuat kita kembali utuh.

Setelah lima atau enam hari dipenuhi rutinitas kerja, tugas rumah, tekanan sosial, dan beragam tanggung jawab, tubuh dan pikiran butuh ruang bernapas. Itulah esensi hari Minggu yaitu tempat peristirahatan tanpa tekanan. Kita tak harus bangun pagi untuk “mengejar waktu”, atau merasa bersalah karena belum membereskan cucian. Justru, inilah waktu terbaik untuk memeluk diri sendiri, menikmati momen lambat, dan mendengar kembali suara hati yang sering kita abaikan sepanjang minggu.

Memulihkan diri tak selalu berarti spa mewah atau staycation mahal. Kadang cukup dengan sarapan tanpa terburu-buru, membaca buku yang lama tertunda, mendengarkan musik favorit, atau sekadar tidur siang. Aktivitas sederhana seperti ini bisa jadi bentuk self-care yang sangat ampuh.

Hari weekend bukan berarti anti-produktif, tapi memberi ruang bagi produktivitas dalam bentuk yang lebih lembut seperti merawat tubuh, mengisi energi batin, dan membangun koneksi dengan orang-orang tersayang. Kadang, justru dari ketenangan, kita mendapatkan ide terbaik, semangat baru, atau bahkan keberanian untuk menghadapi Senin.

Jadi, tak perlu merasa bersalah kalau hari Minggumu hanya diisi dengan hal-hal kecil dan “tidak penting”. Justru itulah pentingnya. Karena pulih adalah bagian dari perjalanan—dan hari Minggu adalah tempat terbaik untuk memulainya.

Baca juga tenang bukan berarti diam

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *