Setiap orang pasti merasakan sirik ketika melihat orang lain mencapai keberhasilan, kekayaan, atau kebahagiaan yang lebih besar darinya. Perasaan itu manusiawi, tapi bagaimana kita menyikapinya akan menentukan apakah rasa itu membawa kebaikan atau justru mendatangkan dosa.
Rasa iri secara perlahan menumbuhkan dengki dan kebencian dalam hati, bahkan mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan buruk. Nabi Muhammad SAW mengingatkan bahwa hasad (iri dengki) dapat menghapus kebaikan sebagaimana api membakar kayu.
Namun, Islam juga mengenal rasa sirik yang berbeda makna, yaitu ghibtah. Ghibtah menggambarkan rasa iri yang baik, ketika seseorang ingin memiliki kebaikan seperti orang lain tanpa berharap nikmat itu hilang dari dirinya. Misalnya, kita merasa kagum dengan teman yang rajin sedekah atau tekun membaca Al-Qur’an, lalu hati kita terdorong untuk menirunya. Rasa iri seperti ini justru membawa keberkahan, karena menumbuhkan semangat untuk memperbaiki diri.
Mari belajar mengubah rasa sirik menjadi motivasi untuk tumbuh. Syukuri apa yang kita miliki, dan jadikan kelebihan orang lain sebagai pengingat bahwa Allah Maha Adil dalam membagi rezeki. Dengan hati yang bersih dan pikiran yang positif, hidup akan terasa lebih damai, dan langkah kita akan semakin ringan menuju ridha-Nya.

