Makna, Hukum, dan Panduan Berqurban dalam Islam

Makna Qurban dalam Islam

Qurban secara bahasa berasal dari kata qaruba yang berarti dekat. Dalam konteks ibadah, qurban adalah bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT melalui penyembelihan hewan ternak pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasyrik (11–13 Dzulhijjah). Ibadah ini merupakan simbol ketakwaan, pengorbanan, dan kepedulian sosial.

Qurban mengingatkan kita pada kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang dengan penuh keikhlasan bersedia menyembelih putranya, Ismail, demi menjalankan perintah Allah. Namun, Allah menggantikan Ismail dengan seekor hewan sebagai bentuk rahmat dan ujian ketaatan.

Hukum Qurban: Sunnah atau Wajib?

Hukum qurban adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) bagi setiap Muslim yang mampu. Namun, menurut madzhab Hanafi, qurban hukumnya wajib bagi Muslim yang mampu secara finansial, mirip dengan syarat wajib zakat.

Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang memiliki kelapangan (rezeki) namun tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat salat kami.”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Syarat dan Ketentuan Hewan Qurban

  1. Jenis hewan: kambing, domba, sapi, atau unta.
  2. Usia hewan:
    Domba minimal 6 bulan (yang sudah nampak besar)
    Kambing 1 tahun
    Sapi dan kerbau 2 tahun
    Unta 5 tahun
  3. Kondisi hewan: sehat, tidak cacat, tidak kurus kering, tidak buta, dan tidak pincang.
  4. Waktu penyembelihan: setelah salat Idul Adha hingga sebelum maghrib tanggal 13 Dzulhijjah.
  5. Penyembelihan: Penyembelih menyebut nama Allah dan menghadapkan hewan ke arah kiblat saat proses penyembelihan.

Qurban bukan hanya soal menyembelih hewan, Namun lebih dalam dari itu. Qurban merupakan bentuk ketaatan, simbol ketulusan, dan manifestasi dari rasa syukur. Selain itu dengan berqurban, umat Islam belajar untuk berbagi kepada sesama, terutama kepada mereka yang kurang mampu. Ini menjadi bentuk nyata dari solidaritas dan kasih sayang dalam Islam.

Melalui ibadah qurban, kita diajarkan untuk meninggalkan ego dan kelekatan terhadap harta, sekaligus memperkuat rasa empati kepada sesama. Namun, Qurban menjadi momen refleksi bahwa segala yang kita miliki hanyalah titipan, dan dari sinilah tumbuh kesadaran spiritual untuk lebih taat, lebih peduli, dan lebih bersyukur atas nikmat yang telah Allah limpahkan. Maka, setiap tetes darah qurban yang mengalir bukan sekadar ritual, melainkan bukti cinta dan penghambaan kita kepada Sang Pencipta.

#mufakat

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *