Menjadi Ibu Bukanlah Kompetisi

Setiap perempuan yang telah menikah kemudian mengandung dan punya anak, rata-rata mengalami kekhawatiran ketika pertama kali menatap buah hatinya. Dalam hati kecilnya mereka mungkin berkata, siapkah saya menjadi ibu? Ada banyak perempuan, para ibu, yang seringkali tanpa sadar terjebak dalam mindset sebuah kompetisi. 

Mindset menganggap dirinya lebih baik ketimbang perempuan lain, hanya karena merasa memiliki atau melakukan sesuatu yang tidak dilakukan atau dimiliki perempuan lain.

Di era media sosial sekarang ini, banyak ibu-ibu muda yang seakan gemar memamerkan semua kebolehan anak mereka kepada semua orang. Seakan ketika anaknya boleh mencapai sesuatu yang dahsyat, dengan bangganya mereka akan memberitahukannya ke seluruh dunia. Atau saat berkumpul dengan ibu-ibu lain yang juga punya anak, mereka akan sibuk saling membanggakan perkembangan anak-anaknya. ‘Eh nilai anak kamu berapa? Rapornya gimana? Bagus semua nggak nilainya?’ atau seperti ini, ‘Duh, nilai anakku ada yang merah nih, gimana sih caranya biar anakku pinter kayak anak kamu?’ Meskipun kenyataannya dari dulu hingga kini, masih ada lho orang tua yang ‘berkompetisi’ dengan orang tua lain.

Menurut Jean Shashi, psikoterapis dan Direktur Relationship Matters di Singapura, bersaing menjadi ‘orang tua terbaik’ atau membesarkan anak menjadi ‘nomor satu’ akan lebih banyak ruginya daripada mengasuh tapi untuk kebaikan buat anak kita sendiri.

John bilang bahwa orang tua harus lebih memperhatikan kesabaran dan ketahanan anak-anak mereka dalam menghadapi tantangan dan kesulitan karena jika orang tua lebih perhatian maka anak lebih mampu mewujudkan potensinya.

Adalah hal yang wajar bagi orang tua untuk menginginkan yang terbaik bagi anak-anak mereka, tapi ada baiknya orang tua nggak perlu bersikap kompetitif. Menjadi seorang ibu, adalah sebuah lakon mulia, bukan tentang perdebatan, melainkan tentang kebahagiaan. Karena sebaik-baiknya seorang ibu, adalah ibu yang berbahagia menerima dirinya apa adanya sebagai seorang ibu.

Mengasuh anak-anaknya dengan penuh cinta dan kebahagiaan, dengan versi terbaik menurutnya, tanpa adanya ego bahwa ia adalah ibu yang paling bijak dalam mengasuh anak, atau penghakiman bahwa ia adalah ibu terbaik ataupun terburuk di muka bumi ini.

Para ahli keluarga mengatakan, rasa percaya diri penting dalam menjalankan tugas sebagai ibu. Pikiran menjadi seorang ibu akan jadi menakutkan jika tak dipersiapkan dengan baik. Tak ada manusia yang sempurna. Untuk merasa lebih relaks dalam menjalani hari-hari sebagai ibu, jalani semua proses sebagai ibu dengan perasaan lebih lapang, tidak membanding-bandingkan dengan kehidupan ibu yang lain, dan jadilah diri sendiri.
Karena yang terpenting untuk menjadi seorang ibu, adalah tentang mencintai dan dicintai keluarganya, bukan orang lain.

Jika anak perkembangannya lebih cepat dari anak lain, sebaiknya hindari percakapan yang terlalu membangga-banggakan anak sendiri ya. Meskipun memang patut jadi kebangaan, namun setiap anak memiliki pertumbuhan yang berbeda sehingga meski memiliki umur yang sama, perkembangannya belum tentu serupa. 

Untuk Ibu-ibu yang terlalu risau dengan perkembangan anak, tahukah Anda, setiap anak diciptakan berbeda-beda. Bisa jadi anak lain lebih cepat motorik kasarnya, dan anak anda lebih cepat verbalnya. Yang penting perkembangan anak masih normal. Jika dirasa perkembangan anak jauh di bawah tabel atau patokan normal, ada baiknya dikonsultasikan langsung ke DSA masing-masing karena ini adalah langkah yang paling tepat.

#artikel #untukibu #bersabar #belajar #menjadikebihbaik #bermanfaat #Novmi #mabifoundation #kalibaru #cilincing #jakartautara

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *