Pasrah Kepada Allah
Usaha dan doa merupakan dua hal yang wajib dilakukan seorang muslim. Namun, semua itu akan semakin lengkap dengan tawakal, atau berpasrah diri kepada Allah SWT.
Pasrah kepada Allah bukan berarti kita melepaskan semuanya tanpa adanya usaha badan untuk mencapainya. Sikap berserah diri kepada Allah juga harus disertai dengan usaha.
Islam tidak mengajarkan kepasrahan yang tidak didahului oleh usaha. Juga bukan kepasrahan yang dalam penantiannya berhenti dari berdoa.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بَا لِغُ اَمْرِهٖ ۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. At-Talaq 65: Ayat 3).
Yang membedakan orang yang berserah pasrah kepada Allah dengan yang tidak adalah terletak pada cara memandang, merasakan dan menyikapi apa saja yang menimpa dirinya.
Seorang yang telah berpasrah diri kepada Allah, maka ia akan selalu menjadikan Allah sebagai sumber ketenangan hatinya dalam menghadapi himpitan jiwa.
Berserah diri kepada Allah bukan berarti kita sepenuhnya pasrah dan tidak mau melakukan suatu hal yang mampu mengubah.
Pasrah, tawakal, berarti kita menerima semua keputusan terbaik dari Allah SWT untuk kita. Meskipun menurut kita tidak baik, tapi menurut Allah itulah yang terbaik untuk kehidupan kita.
Semoga kita hanya berserah diri kepada Allah dan terus bertawakal berusaha istiqomah dalam menghadapi semua permasalahan kehidupan di dunia ini.